Kamis, 24 Agustus 2017

TUGAS KEDUA KELAS X (PERANCANGAN PRODUK PENGOLAHAN MAKANAN AWETAN BAHAN NABATI)

Merancang Produk Makanan/Minuman Awetan  Dari Bahan Nabati
Makanan awetan dari bahan nabati adalah makanan yang dibuat dari SDA nabati, yang sudah melalui proses pengolahan yang tepat sesuai dan dikemas dengan baik, baik menggunakan pengawet (sesuai kriteria BPOM) maupun tidak sehingga mempunyai umur simpan yang lebih panjang.
Makanan awetan berbahan dasar nabati yang saat ini beredar sudah cukup banyak, tetapi masih dapat dikembangkan lebih lanjut, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, juga untuk dijual ke daerah lain dan/atau wisatawan/pendatang.
Produk makanan awetan dari bahan dasar nabati dapat berasal dari :
1.     aneka jenis Umbi-umbian (Ubi) dan Pisang seperti keripik Singkong, Keripik pisang dan lainnya
2.     aneka kacang seperti Kacang Tojin, Kacang Tepung, Kacang Arab atau diolah menjadi Kue Kacang seperti Kue Kcang Cap Beo dari Tebing Tinggi
3.     aneka jenis Wajik 
4.     Aneka tepung-tepungan, seperti makanan Kue Bawang, Keju Goreng (Kue Daki istilah lainnya), Kue Sepit atau Kipas, Bolu dan Pengolahan makanan lainnya dengan bahan dasar khas yang mudah dan banyak terdapat di Sumatera Utara Khususnya Kabupaten Deli Serdang
5.     aneka buah seperti Sirup buah, Pancake Durian,dan lainnya
TUGAS :
 Diskusikan produk makanan awetan berbahan nabati ciri khas daerah, tentukan :
  • 1.       Video Acuan produk yang dibuat
  • 2.       Jenis bahan dan cara mengolahnya (resep pembuatan)
  • 3.       Bahan dan Alat yang digunakan
  • 4.       Kemasan dan pelabelan yang digunakan
  • 5.       Perhitungan Biaya
  • 6.       Sistem Pemasaran
  • 7.       Model promosi


Perhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan Nabati



Perhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll), serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja dan overhead). Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasa.

Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja.

Biaya produksi menentukan harga jual produk. Penentuan harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan.

Titik impas (Break Even Point) adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead.

Secara umum biaya overhead dibedakan atas biaya overhead tetap, yaitu biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksinya berubah dan biaya overhead variabel, yaitu biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Biaya yang termasuk ke dalam overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya  lain yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi. Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan bahan lainnya dapat dimasukan ke dalam biaya overhead. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi (HPP). 

Pada bahasan kali ini, akan dipaparkan contoh perhitungan harga untuk minuman lidah buaya. Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya (buah dan kuah). 

Perhitungan biaya produksi meliputi biaya investasi, biaya tetap dan tidak tetap (variabel) untuk lidah buaya disajikan berikut ini. Hal ini untuk menjadi bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausaah jenis produk lainnya. 

Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan pada Tabel Berikut.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan · jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. Pada proses produksi minuman lidah buaya, kebutuhan bahan baku pada Tabel.
Biaya Tidak tetap (Variabel)
Biaya Tidak tetap (Variabel)

3. Biaya Tetap  Lidah Buaya

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Pada produk lidah buaya, biaya tetap yang dibutuhkan tersaji pada Tabel.
Biaya Tetap  Lidah Buaya

Biaya Tetap  Lidah Buaya



Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah

5.  Harga Pokok Produksi (HPP)

Harga Pokok Produksi (HPP) adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, produsen tidak untung dan juga tidak rugi. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah
Total Biaya I Jumlah produksi
Rp 1. 408.950,- I 500 = Rp. 2.818,-

Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih mu rah karena saluran distribusi (agen, toko, counter, dll) tentu juga harus mendapatkan keuntungan.
Pada produk-lidah-buaya dalam kemasan mangkok ini, melihat HPP-nya yaitu Rp2.818,- dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar Rp5.000,- sampai Rp?.000,-, ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp 4.000,- (pada Tabel 4), dengan harapan di tingkat konsumen, harganya adalah Rp 4.500,- sampai Rp 6.000,
Harga Jual
Harga Jual 
7.  Penerimaan Kotor
Penerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan kotor pada Tabel
Penerimaan Kotor
Penerimaan Kotor

Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan bersih adalah:
Pendapatan Bersih  = Penerimaan kotor - Total biaya 
= Rp2.000.000 - Rp 1.408.950
= Rp591.050 

Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp 591.050,- (lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah).

STRATEGI PEMASARAN DAN PROMOSI PRODUK MAKANAN

Prakarya dan Kewirausahaan: Pemasaran Langsung Makanan Awetan Bahan Hewani



KLIK DISINI :   MATERI PENGEMASAN DAN PELABELAN 

Pemasaran Langsung Makanan Awetan Bahan Hewani
sumber foto : http://blogcadiak.blogspot.co.id/2016/09/sistem-pengolahan-makanan-awetan-bahan.html
  Pemasaran merupakan salah satu factor yang sangat penting untuk mencapai tujuan usaha dalam rangka mendapatkan laba yang direncanakan. Beberapa factor yang harus diperhatikan dalam menjalankan kegiatan pemasaran suatu produk antara lain jenis produk, persaingan produk, kebutuhan pasar, tujuan pemasaran dan hal lain yang berhubungan dengan produk itu sendiri seperti:  harga jual, kualitas, dan kemasannya.
  Perlu dilakukan strategi yang tepat untuk menunjang keberhasilan pemasaran produk. Salah satu strategi pemasaran yang bisa digunakan adalah 4P, yaitu Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat), dan Promotion (Promosi)

1.      Product (Produk)
  Beberapa hal yang penting diperhatikan mengenai produk adalah : (i) kualitas yang mampu menjawab dan memuaskan keinginan konsumen, (ii) kuantitas yang sanggup memenuhi kebutuhan pasar, (iii) penciptaan produk baru inovatif sesuai keinginan konsumen, (iv) penciptaan nilai tambah pada produk, dan (v) penciptaan produk yang mempunyai daur hidup (life cycle) panjang (jangan Cuma booming sesaat). 
  Pengembangan produk makanan awetan dari bahan hewani yang telah diperkenalkan adalah untuk menjawab beberapa hal tersebut di atas. Perbaikan kualitas produk yang mempunyai daya simpan lebih lama, serta kemasannya yang lebih baik diharapkan dapat menjadikan produk yang lebih cocok untuk oleh-oleh.

2.      Price (Harga)
  Pada penetapan harga produk, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya, yaitu (i) mempertimbangkan harga pokok produksi, (ii) menyesuaikan harga produk dengan pasar yang kita bidik, dan (iii) melakukan perbandingan harga dengan produk sejenis yang sudah ada di pasar. Pada produk makanan awetan dari bahan hewani yang dicontohkan pada bab ini, penetapan harga didasarkan pada harga pokok produksi dan harga produk pesaing.

3.      Place (Tempat)
  Beberapa pertimbangan dalam penetapan tempat menjual produk, bisa dijangkau konsumen, (ii) lokasi penjualan yang memiliki fasilitas yang memuaskan konsumen dan (iii) lokasi yang mempunyai nilai tambah: ada arena bermain anak dan keluarga, suasana belanja dan bertamasya, konsep “one stop shopping”. Produk makanan awetan dari bahan hewani yang dijadikan contoh pada bab ini dapat dijual pusat oleh-oleh, di tempat wisata atau di restoran di tempat wisata.

4.      Promotion (Promosi)
  Beberapa saluran promosi yang bisa digunakan dalam membantu meningkatkan penjualan produk, bisa melalui media social, blog dan/atau website. Juga bisa dengan mengikuti bazar-bazar yang banyak dilakukan berbagai instansi/organisasi di lingkungan sekitar.


  Bentuk pemasaran bisa langsung atau tidak langsung, disesuaikan kebutuhan dan kondisi. Pemasaran langsung menurut Direct Marketing Association adalah system pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan/atau transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi. Di dalam pemasaran langsung, biasanya menggunakan saluran langsung ke konsumen(Consumer Direct) untuk menjangkau dan menyerahkan barang dna jasa kepada pelanggan tanpa menggunakan perantara pemasaran.

  Pemasaran langsung untuk produk makanan awetan dari hewani dapat menggunakan berbagai saluran untuk menjangkau calon pembeli dan pelanggan. Saluran itu sebagai berikut.
  1. Penjualan tatap muka : adalah kunjungan penjualan lapangan.
  2. Pemasaran surat langsung : terdiri atas pengiriman tawaran, pemberitahuan, pengingat, atau barang-barang lain kepada seseorang di alamat tertentu. Pengiriman surat bisa berupa : fax mail, e-mail, dan voice mail.
  3. Pemasaran melalui katalog : terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu atau lebih katalog produk kepada penerima yang terpilih.
  4. Telemarketing : menggambarkan penggunaan operator telepon untuk pelanggan baru, berkontak dengan pelanggan yang ada guna mengetahui dengan pasti level kepuasan pelanggan, atau untuk mengambil pesanan.
  5. TV  dan media dengan tanggapan langsung lain : tiga cara tv dalam mempromosikan penjualan langsung : Iklan tanggapan langsung, saluran belanja di rumah, dan videotxt dan tv interaktif.
  6. Pemasaran melalui kios : Berupa mesin penerima pesanan pelanggan.
  7. Saluran online


       Saluran terbaru dari pemasaran langsung adalah saluran elektronik. Istilah perdagangan elektronik (e-commerce) menggambarkan satu varietas luas dari perangkat lunak atau system computer elektronik, seperti pengiriman pesanan pembelian kepada pemasok melalui elektronik data interchange (EDI), penggunaan faks dan e-mail untuk melakukan transaksi; penggunaan ATM, kartu smart untuk memudahkan pembayaran dan mendapatkan uang tunai secara digital; dan penggunaan internet dan layanan online.

  Makanan awetan dari bahan hewani tentu memerlukan media yang tepat untuk sarana promosi produknya. Media promosi yang bisa digunakan untuk pemasaran produk khas daerah ini diantaranya adalah sebagai berikut.

1.      Pertemuan Rutin  Pertemuan rutin pada area paling kecil, misalnya RT/RW dan/atau komplek perumahan bisa dijadikan media promosi makanan awetan yang efektif. Jadi bisa dilakukan ijin promosi pada pertemuan tersebut. Pertemuan rutin itu bisa pertemuan PKK, dharma wanita, arisan dan lainnya.

2.       Pameran/Bazar

  Saat ini banyak sekali diselenggarakan pameran/bazar, baik oleh instansi/departemen tertentu, maupun phak swasta dan perorangan. Ajang ini bisa digunakan untuk media promosi makanan awetan yang baik. Biaya yang dikeluarkan juga biasanya tidak terlalu besar, masih sangat terjangkau oleh skala usaha kecil dan menengah (UMKM)


3.       Media Sosial

  Keberadaan media social saat ini sudah begitu menjamur, dimana berbagai kalangan sudah sangat familiar dengan facebook, twitter, instagram dan lainnya. Hal ini tentu bisa dimanfaatkan untuk media promosi yang efektif dan efisien./

Sumber : http://www.firde7.xyz/2017/01/prakarya-dan-kewirausahaan-pemasaran_17.html
maaf bila ada typo
Penulis : Hendriana Wedhaningsih, Alberta Haryudanti, Rinrin Jamrianti, dan Desta Wirmas.
Penelaah : Rozmita Dewi, Wahyu Prihatini, Caecilia Tridjata, Latif Sahubawa, Djoko Adi Widodo,                       Suci Rahayu, Danik Diani Asadayani, dan Cahyana Yuni Asmara.
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan perbukuan, Balitbang, Kemdikbud


Di ketik lagi ke blog oleh : Ahmad Dewa Fitrah | Firde7

Senin, 14 Agustus 2017

MATERI 1 PENGOLAHAN KELAS XI

Kewirausahaan Bahan Nabati Dan Hewani Menjadi Makanan Khas Daerah

Pengolahan Dan Kewirausahaan Bahan Nabati Dan Hewani Menjadi Makanan Khas Daerah

Aneka produk olahan pangan nabati dan hewani

Bahan pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, industri pangan pun makin meningkat. Tidak heran jika industri pangan, terutama industri berskala keci! makin bermunculan untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan industri pangan, kita harus mengetahui tentang bahan pangan tersebut. Umumnya, bahan pangan berasal dari dua sumber, yaitu bahan pangan nabati dan bahan pangan hewani. Bahan pangan nabati adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti: sayur-sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan serealia. Bahan pangan hewani adalah bahan makanan yang berasal dari hewan, seperti: telur ,ayam, daging, ikan, dan susu.

Kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan hendaknya senantiasa bersyukur atas limpahan nikmat yang tidak putus-putusnya diberikan kepada kita. Tuhan telah memberikan karunian-Nya kepada manusia berupa akal pikiran dan kemampuan berpikir melebihi makhluk ciptaan-Nya yang lain. Dengan akal dan pikiran, kita dapat memanfaatkan bahan nabati dan hewani menjadi produk yang beraneka ragam. Salah satunya adalah produk makanan khas daerah.
Berbagai bahan nabati dan hewani

Makanan Khas Daerah

Indonesia merupakan negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki keanekaragaman di berbagai bidang, salah satunya adalah makanan khas daerah. Pada awalnya kita hanya bisa menemukan makanan-makanan khas daerah di tempat asalnya saja. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, kini kita dapat menemukan makanan khas daerah di berbagai macam tempat, tidak hanya di daerah asalnya saja. Contohnya, pempek dan tekwan adalah makanan khas Palembang, kita bisa menemukan penjual pempek dan tekwan di berbagai daerah, bahkan di mancanegara.

1. Pengertian Makanan Khas Daerah

Makanan khas daerah adalah makanan yang biasa di konsumsi di suatu daerah. Karakter masakan di suatu daerah biasanya mencerminkan karaktermasyarakatnya. Daerah pegunungan menghasilkan masakan dari sayur-mayur karena iklim pegunungan yang dingin, umumnya masakannya serba panas atau pedas, untuk menghangatkan badan. Penduduk di daerah pesisir sering kontak dengan orang asing atau daerah lain sehingga melahirkan banyak masakan campuran yang ikut memperkaya produk makanan khas daerah.

2. Aneka Jenis Produk Makanan Khas Daerah


Negara kita sangat luas dan jumlah sukunya yang banyak telah melahirkan kebudayaan yang sangat beragam, termasuk makanan. Perbedaan budaya membuat pengolahan produk makanan khas berbeda di setiap daerah sehingga menghasilkan aneka jenis produk makanan yang beranekaragam pula. Masakan khas daerah memiliki ciri khas dan karakter tertentu, seperti berikut.

a. Masakan dari Jawa Barat
  1. Banyak menggunakan sayur-mayur mentah seperti karedok atau sekadar lalap mentah yang disantap bersama sambal.
  2. Sedikit pedas dan asam.
  3. Dominan masakan yang terbuat dari ikan.
  4. Contoh makanan khas dari Jawa Barat ialah pepes ikan dan karedok.
b. Masakan Jawa Tengah
  1. Bawang putih sering jadi bumbu dominan.
  2. Banyak ditemukan masakan bersantan.
  3. Rasa manis lebih disukai daripada rasa lainnya.
  4. Contoh makanan khas dari Jawa Tengah ialah gudeg.
c. Masakan Jawa Timur
  1. Banyak menggunakan terasi dan petis sebagai pemberi rasa pada masakan.
  2. Agak pedas.
  3. Masakan banyak dimatangkan dengan cara direbus, digoreng, dipepes, dan dibakar.
  4. Contoh makanan khas dari Jawa Timur ialah rujak cingur
d. Masakan Sumatra
  1. Menggunakan banyak bumbu terutama masakan Sumatra Barat.
  2. Masakannya menggunakan banyak cabai hingga rasanya relatif pedas.
  3. Daerah Sumatra Selatan sangat suka masakan yang asam rasanya.
  4. Masakan banyak dimatangkan dengan cara direbus, dibakar, dan digoreng.
  5. Waktu memasaknya relatif lama.
  6. Masakan dari Sumatra Barat banyak menggunakan santan yang kental.
  7. Masakan dari sayur-mayur tidak banyak jumlahnya. Kalaupun ada, jenis sayurnya tidak bervariasi. Sayur yang sering dipakai antara lain daun singkong, kacang panjang, bunds, dan nangka muda.
  8. Contoh makanan khas dari Sumatra ialah rendang
Untuk mengenal lebih jauh jenis produk makanan khas daerah yang ada di Nusantara, kerjakan lembar kerja di bawah ini (LK 1).


3. Kandungan dan Manfaat Makanan Khas Daerah


Makanan khas daerah memiliki kandungan gizi dan manfaat yang beragam, sesuai dengan bahan baku, bahan tambahan, dan teknik pengolahan yang digunakan. Bahan utama produk makanan khas daerah adalah bahan nabati atau hewani. Kandungan nutrisi utamanya adalah karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air. Jumlah komponen-komponen tersebut berbeda-beda pada setiap bahan, bergantung pada susunan, kekerasan, tekstur, citarasa, dan warna.

Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia. Umumnya, karbohidrat terdapat pada bahan pangan golongan serelalia seperti; beras, gandum, dan umbi-umbian. Contoh makanan khas daerah yang mengandung karbohidrat adalah nasi liwet, nasi jamblang, getuk.

Protein memiliki fungsi utama sebagai zat pembangun. Umumnya, protein terdapat pada hasil hewani seperti daging, ikan, telur, susu, dan hasil nabati seperti kacang-kacangan dan hasil olahannya. Contoh makanan khas daerah yang banyak mengandung protein adalah telur asin dan ayam betutu.

Lemak merupakan sumber tenaga kedua setelah karbohidrat dan dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan K. Lemak dibedakan menjadi lemak yang dapat dilihat dan lemak yang tidak dapat dilihat. Lemak yang dapat dilihat, seperti mentega, margarin, minyak goreng. Lemak yang tidak dapat dilihat,  seperti lemak dari kacang tanah, lemak kemiri, kuning telur, susu. Contoh makanan khas daerah yang banyak mengandung lemak adalah rendang daging dan bika ambon karena pada proses pembuatannya menggunakan santan kental.

Vitamin berfungsi untuk kelancaran metabolisme, menjaga daya tahan dan kekebalan tubuh. Sumber vitamin dan mineral yang terdapat pada hasil hewani, seperti danging, susu, dan telur. Sumber vitamin dari hasil nabati, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Contoh makanan khas daerah yang mengandung vitamin adalah karedok, keripik pisang.

4. Teknik Pengolahan Makanan Khas Daerah

Untuk mengolah suatu makanan, diperlukan teknik-teknik tertentu agar dihasilkan suatu produk makanan seperti yang diharapkan yang bercitarasa baik. Adapun teknik-teknik proses pengolahan untuk membuat makanan khas daerah di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Persiapan Bahan

Menimbang
  • Menyiang 
  • Mencuci
  • Memotong 
  • Mengocok
  • Merendam dalam cairan bumbu 
  • Menggiling
  • Memanir
b. Teknik Memasak dengan Pemanasan Kering

Memanggang (baking dan roasting)
1)Memanggang (baking dan roasting) Memanaskan dengan udara panas dan kering di sekelilingnya, biasanya di dalam oven.
Menggoreng dalam minyak (deep frying)
2)Menggoreng dalam minyak (deep frying)
Menggoreng dengan wajan dangkal (shallow frying/pan frying)
3)Menggoreng dengan wajan dangkal (shallow frying/pan frying)
Memasak dengan sedikit minyak (Saute/ Menumis)
4)Memasak dengan sedikit minyak (Saute/ Menumis)
c. Memasak Dengan Pemanasan Basah
Perebusan/Bolling.
1)Perebusan/Bolling. 
Memasak dengan cara pencelupan semua bahan dalam air/kaldu mendidih, yaitu pada suhu 100 °C sampai matang.
Blanching
2)Blanching
Memasak dengan cara mencelupkan makanan dalam air mendidih/minyak panas dalam waktu pendek (sebentar).
Simmering
3)Simmering
Memasak dengan mendidihkan secara perlahan-lahan.
Braising
4)Braising
Memasak dengan sedikit air dan tertutup rapat.
Setup (stewing)
5)Setup (stewing)
 Memasak makanan secara perlahan (95 -99 °C) dengan sedikit air dan dihidangkan dengan air rebusannya.
Merebus (poaching)
6)Merebus (poaching)
 Memasak dalam cairan dengan suhu antara 71-82 °C
Mengukus (steaming)
7)Mengukus (steaming)
 Memasak bahan makanan dengan uap air panas/mendidih.
Sumber : http://www.bejari.com/2017/01/kewirausahaan-bahan-nabati-dan-hewani.html


KLIK :